Perang di dunia maya memang sering terjadi di berbagai negara di dunia. Sejumlah bank Amerika Serikat (AS) menjadi target serangan cyber beberapa bulan lalu. Meski belum diketahui otak dibalik serangan tersebut, namun pejabat pemerintah yang merangkap sebagai peneliti keamanan mengatakan bahwa Iran merupakan pihak yang bertanggung jawab.
"Pemerintah AS yakin bahwa Iran berada di balik serangan ini," kata mantan pejabat pemerintah AS yang sekaligus ahli keamanan komputer di Center for Strategic and International Studies di Washington, James A. Lewis.
Dalam serangan yang ditujukan ke sejumlah bank ternama di AS termasuk Wells Fargo, J.P. Morgan Chase, Bank of America, Citigroup, HSBC, dan masih banyak lagi, para peretas membanjiri situs bank tersebut dengan lalu lintas palsu, yang dikenal sebagai serangan Distributed Denial of Services (DDoS).
"Jumlah bandwith yang membanjiri website sangat besar, jauh lebih besar dari serangan lainnya, ini belum pernah terjadi sebelumnya," sebut Chief Executive dari perusahaan kemanan swasta, CrowdStrike, Dmitri Alperovitch.
Akibat serangan ini, sejumlah layanan kepada pelanggan pun terganggu. Meski tidak ada data atau informasi penting yang dicuri dari serangan, namun ahli kemanan percaya, ini merupakan bukti serangan DDoS digerakkan oleh sebuah negara.
Sementara itu, sebuah grup tak dikenal "pejuang maya Izz ad-din Al qassam" mengklaim bertanggung jawab atas aksi tersebut. Kelompok tersebut berdalih, serangan dilakukan menyusul pemuatan video kontroversial yang mengejek Nabi Muhammad beredar di YouTube.
Meski begitu, para pejabat yakin bahwa Izz Ad-din Al qassa merupakan upaya untuk menutupi keterlibatan Iran dalam aksi tersebut.
Perang saraf Iran dan AS di jagad Maya
Iran dan AS diketahui memiliki hubungan yang kurang baik. AS dilaporkan melancarkan serangan cyber ke fasilitas pembangkit listrik, perusahaan minyak, dan fasilitas nuklir Iran dengan meluncurkan tiga virus yakni Flame, Stuxtner, dan Duqu.
Serangan terhadap sejumlah bank dikatakan bukan akhir dari perang saraf antara Iran dan AS di jagad maya. Laporan yang diterbitkan oleh McAfee pada Desember lalu memperingatkan, serangan secara massal ke bank-bank AS akan berlanjut di 2013.
Dalam laporan tersebut, sejumlah isu seperti militer, agama, politik, dan isu ekstrim akan menjadi landasan sejumlah pihak untuk melancarkan serangan cyber. "Mulai sekarang tidak ada bank-bank AS yang aman dari serangan kami," tulis Izz ad-din Al Qassam di Pastebin pekan lalu.
Sumber