Internet adalah sesuatu yang sangat rentan meskipun terkadang kelihatannya tidak seperti itu. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya otoritas pusat, tidak ada yang mengendalikan,internet itu hanyalah jaringan dari jaringan lainnya,yang bertumpu pada segala sesuatu yang "bekerja" sebagaimana mestinya dan "perilaku" pengguna internet juga harus sebagaimana mestinya,intinya adalah tentang "kepercayaan" saja.
Kerentanan yang dimaksud benar-benar terjadi. Dan sistem desentralisasi menjadi ancaman terbesar internet,satu kesalahan tunggal dari satu orang saja, itu bisa mempengaruhi jaringan secara keseluruhan,tidak satu negara atau organisasi secara efektif dapat membuatnya down ataupun mengendalikannya.
Kasus dalam poin ini adalah error pada ISP Indonesia yang berhasil membuat "down" Google,yang secara teknis menurunkan koneksi ke Google untuk sementara waktu hingga sebagian pengguna di Amerika, Hongkong dan Indonesia tidak bisa mengakses Google. Secara total, antara 3 sampai 5 persen dari populasi internet temyata dipengaruhi oleh error di seluruh Asia Tenggara.
Bahkan, CloudFlare yang melihat masalah ini dan melacaknya, mengidentifikasi bahwa penyebabnya adalah Moratel, salah satu penyedia layanan internet (ISP) Indonesia sedang routing traffic menuju Google melalui server dan mengirimnya kejalan buntu. Salah seorang teknisi CloudFlare melihat bahwa koneksi ke Google tidak bekerja, bahkan koneksi ke DNS publik Google tak bisa diakses.
Dia kemudian melihat bahwa upayanya untuk menjangkau Google ternyata diarahkan melalui Indonesia, yang seharusnya tidak perlu terjadi karena ia berada di California dan dekat dengan Google Data Centre. Penyebabnya terletak pada "kebocoran jalur" di mana Moratel menyiarkan alamat IP yang salah sehingga server Google dianggap berada dalam jaringannya, padahal tidak demikian.
Kerentanan yang dimaksud benar-benar terjadi. Dan sistem desentralisasi menjadi ancaman terbesar internet,satu kesalahan tunggal dari satu orang saja, itu bisa mempengaruhi jaringan secara keseluruhan,tidak satu negara atau organisasi secara efektif dapat membuatnya down ataupun mengendalikannya.
Kasus dalam poin ini adalah error pada ISP Indonesia yang berhasil membuat "down" Google,yang secara teknis menurunkan koneksi ke Google untuk sementara waktu hingga sebagian pengguna di Amerika, Hongkong dan Indonesia tidak bisa mengakses Google. Secara total, antara 3 sampai 5 persen dari populasi internet temyata dipengaruhi oleh error di seluruh Asia Tenggara.
Bahkan, CloudFlare yang melihat masalah ini dan melacaknya, mengidentifikasi bahwa penyebabnya adalah Moratel, salah satu penyedia layanan internet (ISP) Indonesia sedang routing traffic menuju Google melalui server dan mengirimnya kejalan buntu. Salah seorang teknisi CloudFlare melihat bahwa koneksi ke Google tidak bekerja, bahkan koneksi ke DNS publik Google tak bisa diakses.
google.com. 172800 IN NS ns2.google.com. google.com. 172800 IN NS ns1.google.com. google.com. 172800 IN NS ns3.google.com. google.com. 172800 IN NS ns4.google.com. ;; Received 164 bytes from 192.12.94.30#53(e.gtld-servers.net) in 152 ms ;; connection timed out; no servers could be reached
Dia kemudian melihat bahwa upayanya untuk menjangkau Google ternyata diarahkan melalui Indonesia, yang seharusnya tidak perlu terjadi karena ia berada di California dan dekat dengan Google Data Centre. Penyebabnya terletak pada "kebocoran jalur" di mana Moratel menyiarkan alamat IP yang salah sehingga server Google dianggap berada dalam jaringannya, padahal tidak demikian.