Sebagai mantan masinis, Slamet Suradio (74), percaya persoalan komunikasi dan human error jadi penyebab tragedi Bintaro 1 pada tahun 1987. Dia meragukan kabar cerita mistis di balik peristiwa memilukan itu.
Saat ditemui Detikcom di rumahnya yang sederhana di Dusun Krajan Kidul, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Purworejo, Jateng, Kamis (12/12/2013), pria yang biasa disapa Mbah Slamet 'Bintaro' ini mengenakan celana panjang biru dengan kaki kanan tergulung dan kaos berkerah. Dia menjajakan rokok untuk menyambung hidup, sementara sang istri menjadi buruh tani.
Meski sudah renta, bicaranya masih lancar. Ingatannya soal insiden 26 tahun lalu masih kuat. Bayangan peristiwa yang menimbulkan korban jiwa hingga 156 orang masih ada di benak sang kakek.
Setelah bercerita soal kronologi kejadian dan masa-masa sulit dalam kehidupannya, Slamet pun membuka omongan soal isu mistis seputar tragedi Bintaro. Banyak pihak mengaitkan peristiwa itu dengan penampakan mahluk halus. Bahkan setelah kejadian, banyak gangguan-gangguan tak masuk akal di sekitar lokasi.
"Kalau soal setan, itu di mana-mana ada. Tapi saya hanya takut sama Allah," kata Slamet.
Saat kejadian, Slamet mengaku tak ada urusan dengan urusan mistis. Dia sangat yakin sudah memenuhi semua prosedur yang dibutuhkan oleh seorang masinis untuk menjalankan kereta dari stasiun Sudimara ke arah Kebayoran Lama.
Selain itu, dia juga yakin tak akan ada kereta yang diberangkatkan dari arah berlawanan karena dia sudah mengantongi Pemindahan Tempat Persilangan (PTP). Menurutnya, tak ada lagi kereta dilajukan bila sudah ada satu yang menerima PTP.
"Selama jadi masinis, saya belum pernah merasakan gangguan mistis di sana, jadi saya tidak tahu," terangnya.
Setelah kejadian, Slamet juga mengaku tak lagi mengikuti kabar soal penampakan atau isu dunia lain di Bintaro. Dia sibuk menjalani proses hukum dan mencari nafkah untuk hidupnya.
"Saya nggak pernah ke sana lagi, langsung pulang kampung," ceritanya.